Universitas Amikom Purwokerto, Kampus IT dan Bisnis Digital Banyumas, Jawa Tengah.
Wartawan mengklaim mereka tidak diizinkan menghadiri konferensi pers yang diadakan oleh pejabat Taliban, TOLO News melaporkan.
“Kami meliput dua acara, satu diselenggarakan oleh Gubernur Kabul dan yang lainnya diselenggarakan oleh Kementerian Pertambangan dan Perminyakan. Partisipasi dalam acara itu tidak diperbolehkan,” kata Amina Hakimi, seorang reporter TOLO News, Said.
“Kebebasan pers di Afghanistan menghadapi pembatasan serius, dan jika situasi ini terus berlanjut, akan menjadi kendala besar bagi wartawan, terutama wartawan wanita,” kata wartawan lainnya, Suhaila Yousufi.
Sementara itu, banyak organisasi yang mendukung media bebas di Afghanistan mengatakan mereka prihatin dengan pembatasan wartawan perempuan.
“Pemerintah baru telah mengambil alih kekuasaan, mengurangi jumlah pekerja media perempuan, yang mengkhawatirkan kami,” kata Jamil Wakal, seorang pejabat Komisi Keamanan Jurnalis Afghanistan.
Masroor Lutfi, Media Officer Persatuan Jurnalis Nasional Afghanistan, mengatakan:
Namun, para pejabat Taliban mengatakan mereka tidak bermaksud untuk memberlakukan pembatasan pada wartawan atau media.
“Sejauh ini, kami belum menerima keluhan khusus bahwa wartawan perempuan menghadapi masalah,” kata Inamura Samangani, wakil juru bicara Taliban.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Reporters Without Borders (RSF) dan Asosiasi Jurnalis Independen Afghanistan (AIJA) Desember lalu, 40% media domestik telah ditutup sejak Taliban dibajak pada 15 Agustus 2021.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto