Universitas Amikom Purwokerto, Kampus IT dan Bisnis Digital Banyumas, Jawa Tengah.
Ketika kita berbicara tentang kelompok lingkungan, kebanyakan dari kita memikirkan satu nama, Greenpeace. Kampanye uniknya telah membuat Greenpeace menjadi salah satu organisasi yang paling terlihat di dunia. Salah satu rahasia kesuksesan Greenpeace adalah bahwa semua kampanye dilakukan dengan cara yang menarik dan kreatif.
Di Indonesia, Greenpeace sangat aktif mengkampanyekan isu-isu pemeliharaan alam. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara dengan hutan tropis yang terancam punah, 10 diantaranya terancam punah. Tindakan dan nilai-nilai yang dibawa oleh Greenpeace telah membantu mereka memenangkan hati dan pikiran masyarakat Indonesia yang terlibat dan didukung dalam semua kampanye.
Greenpeace telah berhasil mengimplementasikan sejumlah kampanye sosial, termasuk kebijakan larangan deforestasi yang menyasar bank swasta yang berhasil menekan bank tersebut untuk berhenti memberikan pinjaman kepada pejabat deforestasi Indonesia. Bahkan, kampanye tersebut telah mendapatkan dukungan dari hampir 500.000 orang dari seluruh dunia. Keberhasilan Greenpeace harus menjadi tolak ukur bagi kelompok lingkungan lainnya dalam melakukan berbagai kampanye dan kegiatan sosial.
Meskipun ada lusinan pelajaran yang dapat dipetik dari komunikasi Greenpeace yang menarik ini, artikel ini akan berfokus pada tiga prinsip utama komunikasi Greenpeace di Indonesia.
Lebih pribadi dan lebih efektif
Greenpeace berulang kali menggunakan pesan pribadi dalam kampanyenya. Salah satunya adalah gerakan adopsi orangutan. Alih-alih menggunakan kata “sumbangkan” dan “bantuan”, mereka memilih untuk mengatakan “adopsi” orangutan Indonesia. Cara ini digunakan oleh Greenpeace untuk membangun hubungan personal antara masyarakat umum dengan orangutan. Orangutan yang diadopsi berhak untuk menerima sertifikat adopsi atas namanya dan memperbaruinya secara berkala dalam bentuk video eksklusif orangutan yang diadopsi.
Contoh komunikasi personal lainnya adalah video kampanye di media sosial. Greenpeace menerbitkan video kartun sebagai bagian dari kampanye perusakan habitat orangutan akibat dampak tata kelola yang buruk di perkebunan kelapa sawit. Video kartun ini memperlihatkan percakapan antara seorang anak kecil dengan orangutan yang memasuki kamarnya. Berbicara dengannya, dia menemukan bahwa bocah itu tahu bahwa orangutan melarikan diri dari habitat yang telah dihancurkan karena perkebunan kelapa sawit yang tidak dikelola dengan baik. Di akhir video, anak kecil itu menulis pesan “Save my friend”. Di sana, kami menganggap orangutan tidak hanya sebagai hewan, tetapi juga sebagai teman dekat yang harus dilindungi bersama.
Greenpeace juga mendukung berbagai inisiatif perlindungan lingkungan yang dilaksanakan oleh kelompok lain. Kampanye “Ear this Our Home” merupakan inisiatif yang dilakukan oleh brand clothing Sejauh Mata Memandang, sebuah konsep slow fashion. Menurut National Geographic: The End of the Trash, sekitar 8,2% sampah Jakarta adalah sampah tekstil. Memahami masalah ini, Greenpeace berpartisipasi dalam berbagai diskusi dengan masyarakat. Pemilihan kata “Bumi adalah rumah kita” ditujukan untuk secara pribadi membangun rasa atribusi komunitas dan keintiman emosional dengan pemeliharaan alam.
Hijaukan planet ini dengan cara yang menyenangkan
Selain protes langsung seperti demonstrasi jalanan dan penerbitan laporan tahunan, Greenpeace berkampanye dengan cara yang menyenangkan. Greenpeace meluncurkan Summerfest 2.0 di Bali pada Agustus 2019. Inisiatif festival datang dari masyarakat sekitar Celukan Bawang. Penggunaan batu bara tidak hanya berdampak pada kehidupan nelayan dan petani kelapa, tetapi juga mencemari laut dan udara di Bali. Festival ini bertujuan untuk mempromosikan penggunaan energi terbarukan kepada kaum muda dan menghentikan penggunaan batu bara melalui konser dan lokakarya.
Konser ini merupakan festival pertama di Indonesia yang 100% listriknya berasal dari energi terbarukan. Untuk memeriahkan acara, Greenpeace Indonesia mengundang komunitas lingkungan, seni dan sosial. Keterlibatan masyarakat lingkungan dalam pemberian materi dan pelatihan lingkungan. Melalui kampanye yang kreatif dan menyenangkan, Greenpeace mampu menarik audiens yang sangat besar hingga 100.000 pengunjung.
Greenpeace telah memotivasi masyarakat untuk hidup damai bebas dari dampak lingkungan dari kegiatan pertambangan batubara. Dalam kegiatan ini, Greenpeace berupaya untuk memperkuat pesan yang disampaikan oleh Greenpeace, sesuai dengan keinginan masyarakat. Greenpeace mengatakan untuk mencapai keinginan tersebut harus dilakukan secara bersama-sama, namun juga bisa dilakukan dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Melalui kegiatan ini, Greenpeace juga ingin mengedukasi masyarakat setempat tentang pentingnya transisi ke energi terbarukan.
Orang ingin menjadi bagian dari kebaikan yang lebih besar
Kami membenci orang yang memberi tahu kami apa yang harus dilakukan. Menurut terapis kesehatan perilaku Jane Pernot Eman, reaktansi psikologis adalah apa yang para ahli gambarkan sebagai sensasi atau dorongan untuk memberontak. Ketika kita percaya bahwa kebebasan kita terancam atau pilihan kita terbatas, itu adalah reaksi otak kita. Saat aturan dan larangan diberlakukan, reaksi ini bisa membuat Anda frustrasi, khawatir, atau marah.
Dengan pemikiran ini, Greenpeace berupaya menyampaikan kampanye dengan mengutamakan undangan yang menarik daripada memberi perintah. Greenpeace selalu mengatakan bahwa berkontribusi pada perilaku sosial Greenpeace adalah bagian dari manfaat yang lebih besar dari pemeliharaan alam.
Dalam Kampanye Sampah Laut, Greenpeace melakukan pembersihan pantai dan audit merek plastik di Kepulauan Seribu, berhasil melindungi laut Indonesia dari sampah plastik dan mengundang banyak orang untuk bergabung. Greenpeace tidak memerintahkan plastik untuk dibuang ke laut, tetapi mengajak masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam kegiatan sukarelawan. Kampanye kelautan Greenpeace juga mendukung perjuangan melawan reklamasi Teluk Benoa di Bali dan penghentian penambangan dan pemulihan lingkungan di Pulau Bangka. Kategori sampah plastik yang ditemukan seperti kemasan dan botol PET masih dominan.
Hal yang sama berlaku untuk hubungan media Greenpeace. Tujuan Greenpeace dari kegiatan perjalanan media ingin memberikan kesempatan langsung kepada media untuk menerima siaran eksklusif dalam berita. Greenpeace juga menghimbau para jurnalis untuk menyelidiki isu-isu selama kampanye dan melihat secara langsung bagaimana perusakan alam sebenarnya terjadi. Kegiatan ini biasanya berlangsung 3-5 hari di beberapa kota seperti Liau, Bali, Bandung, Papua dan Kalimantan.
Ketiga prinsip komunikasi persuasif harus diterapkan oleh kelompok lingkungan lainnya. Kami berharap ketiga prinsip komunikasi ini akan membawa isu perlindungan lingkungan menjadi perhatian publik.
* Kenny Meigar adalah seorang ahli hubungan masyarakat dan komunikasi Indonesia. Salsabila Firdhausiyah meraih gelar Magister Studi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dari Universitas Gadjah Mada, Indonesia.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto