Universitas Amikom Purwokerto, Kampus IT dan Bisnis Digital Banyumas, Jawa Tengah.
Resesi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 membuat masa depan terlihat lebih sulit bagi pencari kerja pertama dan lulusan baru.
Wong Chun Len, komite eksekutif Asosiasi Alumni Jepang Malaysia, mengatakan kelompok itu harus siap menghadapi persaingan ketat di tahun-tahun mendatang.
Di pasar kerja yang sulit saat ini, katanya, lulusan membutuhkan lebih dari sekadar kualifikasi kertas untuk melengkapi diri mereka sendiri.
“Mereka bersaing dengan lulusan baru lainnya, sehingga mereka perlu memasarkan diri dengan baik saat wawancara kerja,” tambahnya.
Selain lulusan baru, ia mengatakan bahwa orang yang saat ini menganggur tetapi berpengalaman juga menjadi pesaing.
Ia berpesan kepada para wisudawan agar tidak memiliki ekspektasi yang tinggi dan lebih realistis dalam melamar pekerjaan, mengingat situasi ekonomi saat ini yang sedang tidak kondusif.
Alumni perlu memanfaatkan kesempatan untuk belajar lebih banyak bahasa sambil belajar, selain bahasa Inggris. Hal ini membuat mereka lebih kompetitif dibandingkan kandidat lainnya.
“Belajar bahasa selain bahasa Melayu, Inggris dan Mandarin sangat mungkin diadopsi oleh perusahaan multinasional.”
Dia menambahkan, lulusan yang direkrut harus tinggal di perusahaan setidaknya selama dua tahun untuk mendapatkan pengalaman.
Penasihat UKM Johor Selatan Teh Kee Sin mengatakan sebagian besar lulusan baru tidak memiliki pengalaman kerja dan kegiatan non-akademik akan dipertimbangkan selama sesi wawancara.
Sertifikat itu penting, tetapi kandidat harus mampu menjawab dengan cara yang meyakinkan ketika ditanya tentang pertanyaan tertentu.
“Saat ini, kelebihan pasokan lulusan baru bersaing untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga pengusaha terutama mencari komitmen jangka panjang dari mereka,” kata Teh.
Ia berpesan kepada para lulusan untuk menimba ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya untuk masa depan, daripada membuat pilihan, sekaligus memberi mereka waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.
Dia juga mengusulkan agar pemerintah mereformasi sistem pendidikan negara sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini.
“Sistem pendidikan negara kita sudah ketinggalan zaman dan lembaga pendidikan tinggi fokus pada perolehan kredit akademik dan pengembangan lulusan daripada tenaga kerja yang dapat memenuhi kebutuhan industri,” katanya. ..
Zulfikar Ahmad, direktur Pusat Konseling di Universiti Teknologi Malaysia, mengatakan lulusan bersaing dengan orang-orang dengan kualifikasi kertas yang sama dan harus mampu menjual diri dan menonjol.
“Berbagai keterampilan berperan penting di sini, dan partisipasi aktif sebagai mahasiswa sangat membantu saat melamar pekerjaan,” ujarnya.
Mahasiswa perlu mengembangkan soft skill, terutama interpersonal skill, public speaking, dan communication skill.
Dari 2015 hingga 2019, diperkirakan 300.000 lulusan dari institusi pendidikan tinggi lokal memasuki pasar tenaga kerja setiap tahun.
Dari 300.000 lulusan, 58% mendapatkan pekerjaan, 16% memilih untuk melanjutkan studi, 2% mengikuti program peningkatan keterampilan, dan 4% menunggu pekerjaan selama 6 bulan setelah lulus.
20% sisanya menderita masalah kelayakan kerja.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto










