Universitas Amikom Purwokerto
  • Spirit
  • Creative
  • Success

UE mengutuk tindakan keras Sudan terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis

UE mengutuk tindakan keras Sudan terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis

Universitas Amikom Purwokerto, Kampus IT dan Bisnis Digital Banyumas, Jawa Tengah.

Uni Eropa menuduh tindakan keras terhadap pengunjuk rasa di Sudan terhadap kudeta bulan lalu, menewaskan enam orang dan menuntut pembebasan tahanan, termasuk wartawan.

Uni Eropa meminta junta militer, yang merebut kekuasaan pada 25 Oktober, untuk “kembali ke dialog yang adil dan terbuka dengan warga sipil, seperti yang terjadi pada Agustus 2019.”

Dalam sebuah pernyataan oleh juru bicara diplomat top Uni Eropa Josep Borrell, blok 27-anggota memperingatkan “konsekuensi serius” untuk dukungan Uni Eropa yang berkelanjutan.

Pasukan keamanan Sudan meningkatkan tekanan pada media pada hari Minggu dengan penangkapan penyiar Al Jazeera Khartoum.

Pernyataan Uni Eropa telah berulang kali “mencari pembebasan semua tahanan, termasuk wartawan,” yang ditangkap setelah pemberontakan.

“Kami meminta pertanggungjawaban pihak berwenang atas pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya perlindungan bagi warga sipil yang terjadi sejak akhir proses transisi demokrasi,” katanya.

Sabtu adalah salah satu hari paling berdarah sejak Jenderal Abdelfatta Albahan mengusir pemerintah, menahan pimpinan sipil dan menyatakan keadaan darurat.

Menurut serikat dokter, ada dua remaja di antara yang tewas.

Sudan memiliki sejarah panjang kudeta militer dan hanya menikmati selingan langka dari pemerintahan demokratis sejak kemerdekaannya pada tahun 1956.

Kudeta 25 Oktober mengganggu transisi ke pemerintahan sipil penuh, memicu kritik internasional, dan memicu protes reguler.

Ini menyebabkan tindakan disipliner oleh negara-negara Barat dan Bank Dunia, mengancam sumber-sumber investasi dan bantuan di negara-negara miskin.

Protes, termasuk yang dilakukan oleh puluhan ribu orang di seluruh negeri, berlanjut pada hari Sabtu, meskipun Internet padam, memaksa demonstran untuk berkomunikasi melalui grafiti dan pesan SMS.

Pada hari Kamis, Barhan mengumumkan dewan pemerintahan tentara sipil baru yang dipimpin oleh dirinya sendiri, meskipun menyerukan kembalinya pemerintahan sementara yang dipimpin sipil dari Barat, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Ini mengecualikan anggota tentara untuk kebebasan dan perubahan, aliansi komprehensif yang merupakan blok utama yang mencari transisi ke pemerintahan sipil.

Barhan berpendapat bahwa tindakan militer 25 Oktober itu “bukan kudeta” tetapi dorongan untuk “memperbaiki proses transisi.”

Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto

Info Komunikasi

Artikel Lainnya

Hari
Jam
Menit
Detik

Pendaftaran Jalur Gelombang 1 (Satu)