Universitas Amikom Purwokerto, Kampus IT dan Bisnis Digital Banyumas, Jawa Tengah.
Partai Demokrat Liberal sedang mencoba untuk membatalkan undang-undang baru yang dapat dipaksa untuk mengubah namanya sebelum pemilihan federal yang dijadwalkan pada Mei 2022.
Pengadilan Tinggi akan memutuskan pada pertengahan Oktober apakah akan memberikan liburan khusus kepada partai-partai kecil untuk menantang undang-undang yang disahkan Kongres pada Agustus.
Undang-undang yang didukung oleh pemerintah Morrison dan Partai Buruh telah memperkuat aturan untuk mendaftarkan nama partai yang menggandakan kata atas nama partai terdaftar yang ada.
Partai Demokrat Liberal telah lama khawatir bahwa para pemilih akan mendapat manfaat dari secara tidak sengaja memilih kandidat partai kecil.
LDP David Rayonhelm didasarkan pada “suara keledai” dan kebingungan atas gelar partainya ketika namanya pertama kali muncul dalam surat suara Senat New South Wales berukuran rekor pada tahun 2013. Banyak yang percaya bahwa mereka telah terpilih.
Namun, Komisi Pemilihan Umum Australia secara konsisten menolak keluhan bahwa nama kedua partai tersebut terlalu mirip.
Presiden Partai Demokrat Liberal John Humphreys mengatakan dalam email kepada para pendukungnya bahwa partainya berusaha melindungi merek dan kebebasan berbicara yang berusia 21 tahun.
“Nama partai dan nilai-nilainya harus cocok, dan jika ada satu partai yang dapat mengklaim benar-benar bebas dan demokratis, itu adalah Partai Demokrat Liberal,” tulisnya.
Para pihak mengajukan Jumat lalu ke Pengadilan Tinggi untuk menyatakan ketentuan hukum tidak sah.
“Ketentuan undang-undang ini sepenuhnya bersifat politis dan kami berharap Mahkamah Tinggi mempertimbangkan konstitusionalitas undang-undang ini,” kata Dr. Humphreys.
“Ini adalah momen penting bagi partai kami dan untuk kebebasan komunikasi politik Australia.”
Pakar konstitusi UNSW Profesor George Williams mengatakan alasan terkuat adalah bahwa undang-undang tersebut melanggar kebebasan komunikasi politik yang tersirat.
“Undang-undang itu memberi tekanan pada kemampuan partai untuk berkomunikasi menggunakan kata-kata tertentu atas nama partai,” katanya kepada AAP.
“Pertanyaan penting bagi Pengadilan Tinggi adalah apakah beban tersebut memenuhi uji proporsional.
“Ini membebani keinginan partai untuk menggunakan nama pilihan mereka terhadap pertimbangan kebijakan yang dikatakan membenarkan hukum, termasuk kebutuhan untuk menghilangkan kebingungan pemilih. Akan menuntut itu dari Pengadilan Tinggi.”
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto